Tuesday, August 10, 2010

maaf jgn lupa kitani ungkapakan maaf kalau kitani salah or ktiani inda salah ;)


Sebuah kisah yang harus kita ketahui bersama untuk dapat diperhatikan...
Ini ada bahan untuk bahan renungan bagi kita semua yang barangkali ada yang lupa pada ayat yang satu ini, iaitu : MAAF.
Jam sudah menunjukkan pukul sebelas ketika aku duduk merebahkan diri di ruang tamu. Tentu saja isteri dan anakku Aisyah sudah tertidur lelap. Tapi kenapa pintu kamar Aisyah masih terbuka? Aku terpegun saat berdiri di depan pintu kamar Aisyah. Aisyah tertidur di meja belajarnya dan ditangan kanannya masih memegang pensil dan sepertinya ia menulis sesuatu di buku tulisnya dan ada segelas kopi.
Kuangkat dia ketempat tidur. Kubereskan meja belajarnya yang tak terurus, namun sebelum aku menutup buku tulisnya aku ingin melihat apa yang ditulis Aisyah. Aku tertegun sejenak saat membaca tulisan-tulisannya, ternyata semuanya cerita tentang diriku. Sampai akhirnya aku membaca 3 lembaran terakhir yang sangat menyentuh hatiku.
Di lembaran pertama dia menulis : "Hari ini ayah tidak jadi menemaniku ke kedai buku, mungkin ayah tidak dapat meninggalkan pekerjaannya. Aku mengerti dengan kesibukanmu ayah."
Aku jadi ingat beberapa minggu yang lalu Aisyah mengajakku ke kedai buku, aku ingat sekali gaya bicara nya yang lucu.
"Petang nanti Ayah sibuk tak?," sapa Aisyah saat aku akan pergi kerja.
"Ada apa sayang," jawabku.
"Ayah mau menemani Aisyah ke kedai buku?"
"Kalau ayah tak sibuk nanti petang ayah akan usahakan untuk menemani kamu".
"Terima kasih, ayah," ucap Aisyah dengan wajah yang sangat gembira sambil mencium pipiku.
Aku tersenyum melihat tingkahnya yang lucu.
Di lembaran kedua dia menulis : "Hari ini ayah tidak jadi lagi menemaniku ke kedai cd, padahal aku ingin sekali mendengar lagu Siti Nurhaliza dan memutarnya di kamarku saat aku sedang sendiri agar aku tidak merasa sunyi. Sebenarnya aku mahu mengajak ibu tapi aku ingin sekali ditemani ayah. Tapi lagi-lagi ayah sibuk".
Dan aku ingat lagi kalau Aisyah memang pernah mengajakku menemaninya membeli cd.
Kalau dia ingin mengajakku dia selalu berkata seperti ini, "Ayah petang nanti ayah sibuk tak atau Ayah petang nanti ada acara?"
Bahasa yang sopan sekali menurutku sehingga aku tidak dapat untuk mengatakan tidak walaupun terkadang aku tidak dapat memenuhi keinginannya.
Di lembaran terakhir dia menulis : "Hari ini dan untuk kesekian kalinya ayah tidak dapat menemaniku. Tadi aku mengajak ayah ke pasar malam padahal ini kan hari terakhir ada pasar malam di komplekku dan aku sudah janji sama Pak Mamat kalau aku akan membeli patung yang ditawarkan petang tadi saat pak Mamat melintas depan rumahku, aku katakan pada pak Mamat kalau aku akan pergi bersama ayah ke pasar malam dan aku akan membeli patung pak Mamat. Karena ayah masih belum pulang kerumah pasti pak Mamat sudah menjualnya. Pak Mamat maafkan Aisyah. Esok pagi akan Aisyah tunggu di depan rumah dan minta maaf pada pak Mamat kalau Aisyah tidak dapat pergi ke pasar malam. Kali ini Aisyah yang akan mendulukan meminta maaf, biasanya kan pak Mamat selalu minta maaf kalau sudah melihatku di depan rumah menanti majalah yang kupesan. Dia selalu berkata, 'maaf ya Aisyah , pak Mamat terlambat'. Padahal bagiku pak Mamat tak terlambat hanya aku yang terlalu cepat menunggunya. Begitu melihatku sudah menunggu dia mengayuh basikalnya lebih cepat lagi. Saat kutanya kenapa pak Mamat selalu minta maaf padahal pak Mamat kan tidak punya salah pada Aisyah. 'Iya Aisyah, Pak Mamat tidak ingin mengecewakan Aisyah, kelmarin kan sudah beritahu kalau pak Mamat akan menghantar pesanan Aisyah pagi-pagi sebelum Aisyah pergi kesekolah. Coba kalau pak Mamat datang lambat pasti Aisyah akan kecewa, pak Mamat tak ingin mengecewakan orang karena kekecewaan itu akan menimbulkan luka di hati. Dan susah untuk menyembuhkannya kecuali kita minta maaf dengan tulus pada orang yang telah kita kecewakan'. Aku jadi ingat sama ayah, ayah tidak pernah mengucapkan maaf padaku, atau mungkin karena ayah menganggapku masih kecil atau ah, aku tidak mau berprasangka buruk terhadap ayah. Walaupun sebenarnya aku sangat kecewa dengan ayah tapi aku tidak ingin menyimpan kekecewaan itu didalam hati. Bahkan hatiku selalu terbuka untuk kata maaf ayah".
Aku menangis membaca tulisan Aisyah, kudekati Aisyah di pembaringan sambil kupandangi wajahnya yang tidak berdosa. Aisyah anakku sayang maafkan ayah, ternyata kau punya hati emas. Aku memang tidak pernah minta maaf pada Aisyah atas janji-janji yang tidak pernah kupenuhi padanya. Dan aku selalu menganggapnya dia sudah melupakannya begitu melihatnya dipagi hari wajahnya begitu cerah dan selalu tersenyum. Dan ternyata dia masih mengingatnya dalam tulisan-tulisannya. Ah, entah sudah berapa banyak goresan rasa kecewa yang ada dihatimu andai kau tidak memaafkan ayah. Aisyah, ayah akan menunggumu sampai terbangun untuk meminta maafmu.
---Untuk anakku tersayang Aisyah---
Renungan:
Terkadang kita malu atau enggan hanya untuk sekedar mengatakan kata "maaf" dan membiarkannya menjadi goresan-goresan luka yang membekas di hati. Atau mungkin kita sering beranggapan bahwa mereka akan melupakannya setelah beberapa hari. Kalau seandainya anda juga pernah melakukan hal yang sama seperti saya, tidak ada kata terlambat untuk meminta maaf pada orang yang pernah anda kecewakan. Jangan malu untuk melakukan hal yang benar sekalipun itu anda lakukan untuk seorang kanak-kanak atau teman, karena mereka juga punya hati nurani. Dan seandainya mereka masih tersenyum padamu walaupun anda telah mengecewakan mereka anda harus bersyukur atas kurnia itu. Semoga kita semua tidak pernah lupa pada kata yang satu ini,iaitu 'MAAF".

No comments: