Thursday, July 7, 2011

kekasih

“Betapa aku rindu…” kata Rasul kita tercinta, Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam “…untuk bertemu dengan kekasih-kekasihku”. Para sahabat bertanya, “Ya Rasul, bukankah kami adalah kekasih-kekasihmu?” Rasul pun menjawab, “Antum asyhabiy (kalian adalah sahabat-sahabatku), kekasih-kekasihku adalah yang datang setelah ini.”


Sobat, tidakkah indah untaian hadits itu, yang disampaikan Rasul kita tercinta, Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, untuk kita semua? Beliau yang bersih hatinya itu, ternyata merindukan bertemu dengan kita semua. Beliau yang hatinya suci itu, ternyata mengharapkan kita, umatnya, bisa menyapa, mengiringi, dan manetap bersama disisnya, kelak di surga-Nya.

Sungguh, Beliau yang mulia, yang ma’shum itu senantiasa mendo’akan kita melalui syafa’atnya, berharap umatnya akan selamat dari siksa pedih jahannam, sampai2 pada waktui kita melewati sirathal mustaqim, Beliau tetap mendo’akan kita dan berharap pada Allah atas keselamatan kita, “Ya Allah selamatkan dia…ya Allah selamatkan dia”. Padahal Beliau belum pernah berjumpa dengan kita. Subhanallah.

Tapi sobat, apakah kita menyadari itu semua ???

Sobat, jujurlah. Setarakah kita dengan penghargaan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam di atas? Layakkah kita mendapat kesempatan bertemu dengan Rasul? Mungkinkah kita dapat bersua dengan Rasul di surga-Nya, sementara pada saat yang sama kita senantiasa menuruti hawa nafsu kita? Kita tiap shalat menyampaikan shalawat padanya. Mengaku sebagai kaum yang membenarkan kenabian dan risalah, ajaran yang disampaikannya, Islam. Tapi pada saat yang bersamaan kita pun dengan jumawa, menginjak-injak, melecehkan, menyepelekan, mengingkari, bahkan turut menghinakan ajaran dan tuntunannya?

Sobat, Rasul yang mulia dengan penuh harapan hendak menjumpai kita di jannah-Nya. Tapi kita enggan, malas, dan sombong, menampik harapan dan uluran tangan safa’atnya. Mengapa? Yuk kita renungkan bersama…, dan rubahlah sikap arogan kita dan menyambut harapan Rasul itu dengan gembira, dan benar2 menjadi kaum yang selalu dirindunya.

Bukan jarak dan masa yang menjadi ukuran, bukan bertemu wajah itu syarat untuk membuahkan cinta yang suci. Pengorbanan dan kesungguhan untuk mendambakan diri menjadi kekasih dari kekasih-Nya itu, diukur pada hati dan buktikan dengan kesungguhan beramal dengan Sunnahnya.

Pada kita yang bersungguh-sungguh ingin menjadi kekasih dari kakasih Allah itu, wajarlah kita untuk mengikis cinta-cinta yang lain, cinta yang merenggangkan hubungan hati kita dengan Rasulullah.

Sobat, mari kita berusaha sebaik-baiknya agar kita layak berdampingan dengan kekasih Allah yang mulia itu, dan kita mendapatkan syafa’atnya kelak. Semoga shalawat dan salam selalu tercurah pada baginda Rasulullah, Muhammad shalallahu ‘alailhi wasallam.., amin;

No comments: